Sabtu, 22 Desember 2012

TUGAS SHOPKIL


BAB IV
 1.A.PENGERTIAN BIAYA DIFRENSIAL
Biaya difrensial pada pokoknya merupakan biaya tambahan yang muncul akibat pemilihan sejumlah alternatif. Dengan kata lain biaya difrensial merupakan selisih biaya yang diakibatkan oleh adanya perbedaan payoff keputusan dengan payoff alternatif. Oleh para teknisi biaya ini biasa disebut sebagai incremental cost. Sedangkan oleh para ekonom biasa disebut sebagai marginal cost.
Analisis biaya difensial ditujukan untuk mengamati perilaku yang terjadi antara biaya tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable cost) apabila dikaitkan dengan estimasi kenaikan pendapatan (earning). Jadi konsep dasar dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah terjadinya kenaikan pendapatan diiringi kenaikan (increasing) biaya yang proporsional. Dalam lingkup tugas manajemen, analisis ini biasa digunakan untuk pengambilan keputusan (decision making) manajerial, seperti keputusan untuk menolak atau menerima tambahan pesanan produk dari konsumen, keputusan untuk memperluas, menutup atau melepaskan suatu fasilitas, keputusan untuk menentukan apakah perusahaan perlu memproduksi sendiri atau membeli, atau keputusan untuk menurunkan harga jual produk. Keputusan yang terakhir ini biasanya diambil pada saat produk mengalami siklus penurunan, dimana profit margin semakin berkurang, dan posisi produk mulai digerogoti produk pesaing (kompetitor).
Seperti dikatakan oleh Herbert A. Simon bahwa tugas utama seorang manajer adalah pengambilan keputusan. Sinyalemen ini benar sebab pada prinsipnya semua fungsi manajemen merupakan suatu hasil keputusan. Seorang manajer yang sedang membuat perencanaan berarti mereka sedang memutuskan sesuatu yang akan dilaksanakan atau dicapai di masa depan. Begitu halnya yang berlaku pada seorang account officer yang sedang melakukan atau memilih berbagai alternatif keputusan yang paling optimal. Keputusan yang paling optimal maksudnya bahwa alternatif yang dipilih akan memberikan payoff atau hasil yang menguntungkan bagi perusahaan. Berikut ini saya berikan
2 contoh :
analisis biaya difrensial yang berkaitan dengan keputusan untuk menerima atau menolak permintaan tambahan pesanan dari konsumen. Sebut saja Weapon Ltd, sebuah perusahaan manufactur yang bergerak dalam bisnis barang pecah belah memiliki kapasitas produksi sebanyak 16.000 unit per bulannya. Dapat dikatakan bahwa kapasitas produksi belum maksimal. Produk tiap unitnya dijual seharga US $ 15,00. Sedangkan biaya per unitnya adalah sebagai berikut: (dalam US $)
Direct materials
5,00
Direct labor
3,00
Factory overhead (variable)
0,75
Factory overhead (fixed)
1,50
Sales expenses (variable)
0,25
General and administration expenses (fixed)
1,00
Total expenses per unit
1,50
Lantaran nilai tukar rupiah menguat dalam beberapa pekan terakhir ini memberi dampak positif bagi perusahaan. Pesanan produk barang pecah belah mulai meningkat. Ada permintaan dari mitra kerja yang memesan produk sebanyak 4.000 unit untuk bulan depan tetapi dengan catatan harga yang diminta di bawah harga yang ada atau sebesar US $ 10,00. Sebagai seorang manajer apakah permintaan mitra kerja itu diterima atau tidak.
Jika dilihat secara kasar permintaan tersebut akan ditolak sebab dengan harga yang diminta per unit US $ 10,00 masih dibawah nilai biaya total per unitnya yaitu sebesar US $ 1,50 tiap unitnya. Sekarang bandingkan keputusan itu dengan keputusan yang diambil berdasar hasil analisis biaya difrensial, permintaan itu menguntungkan. Hal ini dilandaskan pada asumsi bahwa penambahan volume produksi tidak selalu menambah total biaya produksinya. Pada saat pesanan terjadi volume pekerjaan masih dibawah kapasitas produksi yaitu 10.000 unit. Jika ditambah dengan pesanan pun masih dibawah kapasitas produksi (10.000 unit + 4.000 unit < 16.000 unit). Sehingga jumlah ini masih belum melamapaui kapasitas maksimal penggunaan segenap faktor produksi yang ada. Tentunya pada kondisi seperti ini tidak semua biaya akan mengalami kenaikan. Biaya tetap (fixed cost) baru akan berubah per unitnya jika jumlah total unit yang diproduksi melebihi kapasitas maksimal. Lebih jelasnya perhatikan kalkulasi berikut ini.


Perhitungan total biaya setelah ada tambahan permintaan (dalam US $)

Direct materials  - 5,00 x 4.000
20,000,00
Direct labor - 3,00 x 4.000
12,000,00
Factory overhead (variable)   - 0,75 x 4.000
3,000,00
Factory overhead (fixed) -
0
Sales expenses (variable) - 0,25 x 4.000
1,000,00
General and administration expenses (fixed) -
0
Total expenses per unit
36,000,00

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa permintaan pesanan sebanyak 4.000 unit produk pecah belah meskipun harganya dibawah harga normal US $ 10,00 tetap harus diterima. Sebab permintaan ini masih memberikan keuntungan sebesar US $ 4.000,00. Atau total harga (4.000 unit x US $ 10,00) - total biaya US $ 36,000,00) = laba (US $ 4.000,00).
Pada tahapan lain manajemen juga seringkali dihadapkan pda pilihan apakah perusahaan mesti memproduksi sendiri atau membeli, baik suku cadang (spare part) atai produk setengah jadi dari perusahaan lain. Pentingnya hal ini didasari pada fakta bahwa hampir semua perusahaan pabrikasi (manufactur) adakalanya harus mengambil keputusan ini dalam rangka proses produksinya. Keputusan semacam ini ditujkan untuk memanfaatkan semua sumber daya produksi digunakan seoptimal mungkin. Dalam praktiknya banyak kapasitas produksi dipakai tidak maksimal, misalnya ada ruangan yang kosong, mesin yang tidak beroperasi dan sebagainya. Dalam keadaan semacam ini banyak manajer mengambil keputusan untuk lebih mengutamakan membuat produk sendiri daripada membeli dari pihak luar. Alasannya lebih didasari pada upaya untuk memaksimalkan kapasitas produksi yang ada. Namun demikian sebagai manajer yang profesional harus dipikirkan aspek yang lain, seperti laba yang akan diperoleh. Jika ternyata laba yang diperoleh dari maksimalisasi kapasitas produksi lebih kecil dibanding jika membeli maka lebih baik dipilih cara yang terakhir.
Idealnya, seorang manajer dalam membuat keputusan ini perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti:
·         Membandingkan biaya produksi dari produk yang dibuat sendiri dengan harga perolehan dari barang yang dibeli.
·         Mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan kemudahan perolehannya.
·         Membandingkan berbagai kemungkinan penggunaan kapasitas tersebut.
·         Mempertimbangkan jangka waktu aliran arus kas masuk dengan besarnya investasi yang ditanamkan dan membandingkan apabila jumlah dana tersebut dialokasikan pada kegiatan yang lain


 Contoh:2
 misalnya Wilson Corporation sebuah perusahaan pembuat alat-alat berat memproduksi square part sebanyak 10.000 unit per tahunnya untuk digunakan sendiri dalam proses produksinya. Data mengenai biaya sebagai berikut: (dalam US $)
Direct materials
20,000,00
Direct labor    
55,000,00
Factory overhead (variable)
45,000,00
Factory overhead (fixed)
70,000,00
Total expenses
190,000,00
Pada suatu ketika ada perusahaan lain, Murdoch Company menawarkan spare part seperti yang dibuat perusahaan Wilson Corporation sebanyak 1.000 unit dalam waktu satu tahun dengan harga per unitnya senilai US $ 18,00. Apabila penawaran ini diterima beberapa fasilitas yang saay ini digunakan bisa disewakan kepada pihak lain dengan sewa tahunan sebesar US $ 4 per unit yang dibebankan untuk membuat suku cadang dapat dihapuskan (write off) seluruhnya. Dari data tersebut dapatkah perusahaan Wilson menerima tawaran Murdoch?
Solusinya:
Untuk dapat memperoleh hasil keputusan yang optimal mari kita lakukan analisis biaya difrensial atas dua kasus di atas, caranya dengan mempertimbangkan dua faktor yang mempengaruhi aliran kas masuk (cash inflow) yaitu dari:
-kas yang berasal dari pendapatan sewa
-kas yang didapat dari efisiensi atau pengunaan biaya tetap
Selanjutnya kas masuk tersebut dikurangkan dari harga pembelian untuk kemudian dibandingkan dengan biaya pembuatan sendiri. Untuk lebih jelasnya perhatikan perhitungan berikut ini:
a. Menghitung aliran kas akibat adanya penawaran (dalam US $)
Kas masuk dar uang sewa
15,000,00
Penghematan factory overhead tetap (4,000 x 10,000,000)
40,000,00

55,000,00
Harga pembelian        
180,000,00
Kas keluar (cash outflow)      
125.000,00


b. Menghitung aliran kas jika memproduksi sendiri (dalam US $)
Factory overhead (fixed)       
40,000,00
Factory overhead (variable)   
45,000,00
Direct materials          
20,000,00
Direct labor    
55,000,00
Total cost       
160,000,00

Dari hasil perhitungan di atas tampak jelas perusahaan akan untung jka menerima tawaran tersebut karena ada selisih efisiensi sebesar US $ 160,000,00 - US $ 125,000,00 = US $ 35,000,00
Jadi dari dua contoh sederhana yang tadi meyakini kita bahwa melalui analisis biaya difrensial dapat diperoleh hasil keputusan yang optimal. Lantaran keputusan diperoleh bukan melalui cara trial and error tetapi melalui kalkulasi yang cukup mendetail.

IB. Cost Benefit Analisis
Cost benefit analisis adalah analisis yang membandingkan antara biaya (cost) dari suatu penyakit dengan output atau keuntungan (benefit) dari pengobatan. Cost mencerminkan biaya dari penyakit dan pengobatannya. Sedangkan keuntungan mencerminkan  hasil dari sebuah pengobatan/terapi. Benefit yang dimaksudkan disini dapat bersifat netral,  positif atau negatif yang bergantung dari hasil yang dicapai.  Sebuah terapi yang manjur akan menghasilkan benefit yang positif. Sedangkan terapi yang tidak manjur berarti tidak menghasilkan keuntungan (netral) atau bahkan dapat merugikan (benefit yang negatif).
Dalam cost benefit analisis, input (biaya) dan output (hasil pengobatan) dikuantifikasi berdasarkan nilai uang. Dengan demikian, akan mudah membandingkan antara intervensi terapetik yang satu dengan yang lain. Sehingga, dapat ditentukan dengan mudah apakah hasil dari sebuah pengobatan (output) sebanding dengan investasi yang di lakukan. Dari analisis ini, dapat diketahui berapa jumlah uang yang pantas/akan dikeluarkan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu keuntungan dalam hal kesehatan.
Perhitungan antara cost dan benefit (dalam nilai uang) dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
1.    Membagi perkiraan benefit dengan perkiraan cost, yang akan memberikan rasio benefit-to-cost. Jika rasio ini lebih besar dari 1, berarti pilihan tersebut menguntungkan.
2.    Mengurangi nilai benefit dengan nilai cost. Bila hasilnya positif, maka pilihan tersebut memberikan keuntungan.
Tabel 1. Dasar pengukuran Cost Benefit Analisis
Metode    Dasar Pengukuran output    Perhitungan antara cost dan benefit
Cost Benefit    Cost dan benefit diukur dalam satuan yang sama, yaitu uang.
Contoh: 2
biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kematian, biaya untuk mengurangi tekanan darah, rasa sakit dll.    Keuntungan bersih = Keuntungan – biaya

Rasio = benefit/cost

Keunggulan & Kelemahan dari CBA
Memberikan keunggulan dibandingkan analisis lainnya, karena keduanya dinilai dengan uang, mudah dibandingkan. Namun demikian, terdapat kelemahan dari CBA, yaitu sulitnya menterjemahkan suatu output dalam unit uang. Misalkan bagaimana mengukur rasa sakit, hidup manusia, dalam suatu nilai uang? Terdapat dua pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan ini:

1.    Pendekatan human capital
Suatu nilai dari output/keuntungan dianggap sama dengan produktivitas ekonomi yang dapat dihasilkan dari keuntungan tersebut. Sebagai contoh, biaya dari sebuah penyakit, adalah biaya yang diakibatkan karena hilangnya produktivitas berkenaan dengan terjangkitnya penyakit ini. Pendapatan seseorang sebelum dikenakan pajak atau nilai dari kegiatan (pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak) dapat digunakan untuk mengukur nilai suatu cost dan benefit orang tersebut.
Contoh kasus:2
Studi analisis cost dan benefit dari pemberian vaksin meninggococus kepada mahasiswa. Dalam studi ini nilai dari produktivitas mahasiswa diperkirakan mencapai 1 juta dolar. Padahal, nilai moneter ini belum tentu mewakili nilai riil seorang mahasiswa dalam masyarakat.

2.    Pendekatan willingness-to-pay /kemauan untuk membayar sejumlah uang
Metode pendekatan willingness-to-pay, memperkirakan nilai dari benefit/output kesehatan dengan cara memeperkirakan berapa orang akan membayar untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal hal yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh kasus:2
Jika seseorang mau membayar $100 untuk mengurangi risiko kematian dari 1:1000 menjadi 1:2000, secara teoritis, sebuah hidup manusia bernilai: $ 200.000 didapat dari [$100 / (0.001-0.0005)]. Permasalahan dengan metode ini adalah, apa yang dikatakan seseorang tentang kemauan membayar, belum tentu berkaitan dengan apa yang akan dilakukan mereka. Selain itu, persepsi setiap orang tentang penurunan risiko kematian berbeda-beda, tergantung kondisinya.

C.    Aplikasi Analisis Cost Benefit
Cost benefit analisis dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan:
1.    Menyediakan data tentang net monetary outcome (hasil net output dalam bentuk uang) untuk sebuah intervensi medis. Bukan hanya sekedar berfungsi sebagai pembanding antara intervensi yang satu dengan yang lain saja.Net outcome = benefit – cost. Atau dalam bentuk ratio benefit/cost
2.    Menyediakan data tentang net monetary outcome untuk beberapa intervensi medis. Contoh:
Untuk mengontrol diabetes & hipertensi, lebih baik menggunakan diet dan olahraga terlebih dahulu, daripada langsung menggunakan terapi obat. Hal ini dapat dihitung dan dibandingkan. Jadi CBA bisa digunakan untuk membandingkan  (dalam satuan uang) alternatif pengobatan yang satu dengan yang lain.
3.    Perbandingan langsung secara kuantitatif intervesi medis untuk penyakit yang berbeda
Hal ini berguna untuk suatu rumah sakit, agen asuransi, pemerintah, karena budget keuangannya sering kali terbatas. Jadi, sebuah intervensi medis diharapkan dapat memberikan dampak kesehatan yang  besar.
Misalnya: Perlukah sebuah rumah sakit melakukan program edukasi untuk medidik masyarakat tentang bahaya keracunan pestisida? Ataukan lebih baik dana tersebut digunakan untuk membeli alat diagnostik yang baru?
Dalam mengambil keputusan, CBA berperan sebagai alat untuk membantu pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan faktor terkait lainnya.

D.    Contoh Perhitungan analisis cost-benefit
1)    Sebuah RS ingin membandingkan obat yang akan diberikan pada pasien dalam mengatasi hipertensi, analisis cost benefit menunjukkan hasil sebagai berikut:
    Total Cost    Total Benefit    Benefit: Cost    Net benefit
Obat A    90.000    120.000    120.000/90.000 = 1.33    120.000-90.000 = 30.000
Obat B    100.000    135.000    135.000/100.000 = 1.35    135.000-100.000 = 35.000

Dari perhitungan diatas, keduanya memberikan rasio benefit:cost > 1 dan net benefit yang positif. Namun Obat B memberikan keuntungan lebih dibandingkan Obat A.
2)    Analisis pemberian vaksinasi influenza secara cuma-cuma pada seluruh orang dewasa.
Pemerintah ingin mengetahui: perlukah flu vaksin diberikan secara cuma-cuma kepada setiap orang? Analisis Cost benefit membandingkan total biaya yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program vaksin flu dengan keuntungan yang didapat, misal: menurunnya kasus influenza. Namun demikian ada kekurangan dari CBA, yaitu dalam contoh vaksin flu, keuntungan dari pemberian vaksin flu sulit untuk diterjemahkan dalam bentuk uang.
Keuntungan tersebut berupa:
-    Efek vaksin terhadap berkurangnya hari kerja karena gejala flu
-    Efek vaksin terhadap berkurangnya efektifitas/ kinerja seseorang karena gejala flu
-    Efek vaksin terhadap jumlah kunjungan ke praktisi kesehatan
solusi
Dari hasil penelitian, didapatkan hasil:
”Biaya untuk vaksin flu& administrasinya: $43.07. Benefit/keuntungan yg didapat: meningkatkan hari aktif kerja sebanyak 18%, meningkatkan efektifitas kerja sebanyak 18% mengurangi hari kunjungan ke praktisi kesehatan sebanyak 13%.”
Dapat disimpulkan, melalui cost benefit analisis, vaksin flu memberikan keuntungan.
Kelemahan dari analisis ini: Menurunnya prokduktifitas kerja, atau meliburkan diri karena harus beristirahat berbeda antara satu dengan yg lain. Dampak flu terhadap orang dewasa, orang tua, anak-anak akan sangat berbeda. Dengan demikian, CBA penggunaannya luas dengan syarat benefit dapat dihitung dengan uang.
E.    Kesimpulan
Analisis cost benefit merupakan bagian dari berbagai analisis dalam farmakoekonomi yang membandingkan antara cost/biaya dan keuntungan. Cost benefit memiliki keunggulan dimana cost dan benefit dihitung dalam satuan moneter sehingga dapat mudah dibandingkan, namun kelemahan dari analisis ini adalah tidak semua keuntungan dapat diterjemahkan dalam nilai uang. Analisis cost benefit dapat diterapkan secara luas, semakin tinggi rasio benefit to cost dan net benefit, semakin menguntungkan intervensi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
 Bonk, Robert.  Pharmacoeconomics in perspective: a primer on research, techniques and information. 1999. NY: Haworth Press Inc.
Walley T, Haycox A, Boland A. 2004. Pharmacoeconomics. Spanyol: Churchill Livingstone.
Malone PM, Mosdel KW. 2001. Drug information: a guide for pharmacists. Edisi kedua. USA:     McGraw Hill
Nichol KL, Mallon KP, Mendelman PM. Cost benefit of influenza vaccination in healthy, working adults: an economic analysis based on the results of a clinical trial of trivalent live attenuated influenza virus vaccine.Vaccine, 2003 May 16;21(17-18):2207-17.

1.C PAYBACK PERIOD (payback period sederhana  dan payback period discounted)
Metode Analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus kas masuk sma dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil dari analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang diinvestasikan.

Analisis payback period ini dapat dilakukan dengan memperhitungkan time value of money (disebut discounted payback analysis) atau mengabaikannya (i=0%). Dengan memperhitungkan time value of money, lamanya periode pengembalian np , dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
P = { NCF1 (P/F,i,1) + NCF2 (P/F,i,2) + NCF3 (P/F,i,3  + ......   NCFnp(P/F,i,np) }.

Jika diperhitungkan dengan mengabaikan time value of money (i = 0%) maka lamanya periode pengembalian (payback period) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

P = (NCF1 + NCF2 + NCF3 + ………. NCFnp )

Jika deretan arus kas mempunyai besar nilai yang sama, maka untuk menghitung np dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
               np =     P
                      NCF
Dimana:
 P           = investasi awal
NCF       = Net Cash Flow / arus kas bersih (pendapatan – pengeluaran)  dengan           memperhitungkan atau mengabaikan time value of money
 np              =  lamanya periode pengembalian
Contoh (usia pakai alternatif sama)
Bandingkan kedua arus kas dibawah ini dengan menggunakan:
a.       Payback period analysis tanpa memperhitungkan time value of money
b.      Discounted payback analysis pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Present Worth Analysis pada tingkat suku bunga 9% per tahun
Tahun
Arus kas 1(Rp)
Arus kas 2 (Rp)
0
-          1.500.000
-4.250.000
1
600.000
2.000.000
2
600.000
2.000.000
3
1.250.000
2.000.000
4
1.250.000
2.000.000
5
1.250.000
2.000.000

Jawab :
       a.       Payback period analysis tanpa memperhitungkan time value of money
Arus kas 1

Description: http://3.bp.blogspot.com/-lWeT7jRxZPA/T8WmxEfnggI/AAAAAAAAADY/tW4kZ9yWNRY/s1600/ektek+1.jpg 
Arus kas kumulatif sama dengan nol berada diantara tahun ke-2 dan tahun ke-3, sehingga dengan memakai prinsip i terpolasi linear kita bisa dapatkan payback period untuk arus kas 1.
Description: http://2.bp.blogspot.com/-Gfsgfhk4d6A/T8WnU_omafI/AAAAAAAAADg/9Viprwaw9Ig/s1600/Untitled.jpg 
Arus kas 2
Pada arus kas 2 besar arus kas bersih setiap tahunnya adalah sama sehingga untuk mencari payback periodnya bisa kita gunakan rumus:
Description: http://1.bp.blogspot.com/-MaOhjV0sTt8/T8Wn2nXjYOI/AAAAAAAAADo/bNDlM89X4PQ/s1600/Untitled+1.jpg
Jika kita bandingkan, periode pengembalian arus kas 2 lebih cepat dibanding arus kas 1.











   b.       Discounted payback analysis pada tingkat suku bunga 9% per tahun
Arus kas 2


Tahun
(1)
Arus kas
(2)
(P/F,9%,t)
(3)

PW
(2) X (3)

Arus kas kumulatif
0
-1.500.000
1,00000
-1.500.000
-1.500.000
1
600.000
0,91743
550458
-949542
2
600.000
0,84166
504996
-444546
3
1.250.000
0,77216
965200
520654
4
1.250.000
0,70643
883037,5
1403692
5
1.250.000
0,64993
812412,5
2216104

Arus kas kumulatif sama dengan nol berada diantara tahun ke-2 dan tahun ke-3, sehingga dengan memakai prinsip i terpolasi linear kita bisa dapatkan payback period untuk arus kas 1 sebagai berikut:
Description: http://1.bp.blogspot.com/-R2p1K6XDXoA/T8WpMh_XtmI/AAAAAAAAAD4/yLmUVVG2n1Y/s1600/Untitled3.jpg
  c.         Present worth analysis pada tingkat suku bunga 9% per tahun
PW1      =  - 1.500.000 + 600.000(P/A,9%,5) + 650.000(P/A,9%,3) (P/F,9%,2)
            = - 1.500.000 + 600.000(3,88965) + 650.000(2,53129) (0,84168)
                        = - 1.500.000 + 2.333.790 + 1384849
                        = 2.218.639

solusi
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa periode pengembalian untuk alternatif kas 2paling singkat dibanding dengan alternatif kas1 dan alternatif kas


D. Break Event Point
Break Even Point adalah suatu cara yang mempelajari hubungan keseimbangan antara biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu tingkat penjualan sama dengan penghasilan.
Tujuan Titik Impas ( BEP )
Tujuan titik impas adalah
-  Mencari tingkat aktivvitas dimana pendapatan sama dengan biaya.
-  Menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih.
-  Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka beroperasi dekat atau jauh dari titik impas

Faktor – factor yang mempengaruhi BEP :
Faktor langsung:

    Biaya Produksi.
    Harga.

Faktor Tidak Langsung :

    Jumlah Produksi.

Jumlah produksi akan mempengaruhi biaya variable.
Perhitungan Break-Even Point

 Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :
1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point :
                 Total Fixed Cost
__________________________________
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu Toko Jam : Rp.400,000,-
Variable cost    Rp.10000 / unit
Harga jual   Rp. 15000/ unit
Maka BEP per unitnya adalah
Rp.400000
__________  =  80 units
15000 – 10000

Artinya perusahaan perlu menjual 80 unit jam agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 81, maka toko itu mulai memperoleh keuntungan
2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :
                   Total Fixed Cost
__________________________________   x  Harga jual / unit
Harga jual per unit dikurangi variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.400,000
__________  x Rp.15000 = Rp.1200000
15000 – 10000

Cara Trial and Error yaitu dengan menghitung keuntungan operasi suatu volume
produksi/penjualan tertentu.
-  Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah, dan sebaliknya.
-  Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan produksi dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total. 
Perusahaan Indojaya yang bergerak di   bidang produksi kain, memiliki :
     Biaya tetap sebesar Rp. 300.000,-.
     Biaya variabel per unit Rp.40,-
     Harga jual per unit Rp. 100,-
     Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.
Misal dari contoh aplikasi, diambil volume produksi 6.000 unit, maka dapat dihitung keuntungan operasi adalah:
(6.000 x Rp100) — (Rp300.000 + (6.000 x Rp40))
     Rp600.000 — (Rp300.000 + Rp240.000)
     Rp.60.000  atau
hasil dalam unit adalah Rp. 60.000 / Rp 100 = 6000 unit
Jadi, pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa BEP-nya terletak di bawah 6.000 unit.
          
Misal kita ambil volume produksi 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah
5.000 x Rp100,00) — (Rp300.000,00 + (5.000 x Rp40,00))
 Rp500.000,00 — (Rp300.000,00 + Rp200.000,00)
 Rp0,00.
Ternyata pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai break-even point yaitu yang di mana keuntungan netonya sama dengan nol.
Solusi:
Memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.



E.PENGERTIAN ANALISIS SENSITIVITAS
Analisis sensivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja system produksi dalam menghasilkan keuntungan.
RUMUS PENGHITUNGAN BREAK EVENT POINT (BEP)
Break event point dengan cara matematis ini dibagi menjadi 2, yaitu BEP dalam rupiah dan BEP dalam jumlah atau unit.

1.      BEP atau titik impas dalam unit
Rumusnya :

BEP = Biaya Tetap : ( Harga Jual Per Unit : Biaya Variabel Rata-rata )


2.      BEP untuk titik impas dalam rupiah
Rumusnya :

BEP = Biaya Tetap : 1 – ( Biaya Variabel Rata-rata : Harga Jual Per Unit )

Contoh penghitungan BEP (break event point )

Anda berjualan macam –macam jus buah.Biaya tetap yang anda keluarkan adalah 250.000 rupiah. Biaya variabelnya sebesar 3.000 rupiah per unit .kemudian anda berniat menjual macam-macam jus buah tersebut dengan harga  5.000 rupiah per gelas. Maka titik impas atau BEP –nya adalah :

JAWAB :
1.    BEP ( dalam unit ) = Biaya Tetap : (harga Jal Per Unit : Biaya Variabel Rata-rata)
BEP ( dalam unit ) = 250.000 : (5.000 – 3.000) =125 Unit

2.     BEP (dalam rupiah ) = Biaya Tetap : 1 – ( Biaya Variabel Rata-rata : Harga Jual Per Unit )
BEP ( dalam rupiah ) = 250.000 : 1 - (3.000 – 5.000) = 625.000 rupiah

Jadi anda harus berjualan jus buah sebanyak 125 gelas atau menjual sebesar 625.000 rupiah agar anda mencapai titik impas. Maksudnya adalah 125 gelas atau 625.000 rupiah tadi sudah bisa anda gunakan buat bayar semua pengeluaran usaha jus anda tanpa anda harus rugi. Dan apabila anda mampu menjual 126 gelas, berarti yang satu gelas tadilah keuntungan anda.

Solusi
Break event point analisis sangat bermanfaat dalam mengetahui hubungan antar cost, volume, harga, dan laba. Misalnya kita ingin mencapai laba tertentu maka kita akan dapat mengetahui berapa unit barang yang harus kita jual.


Sumber :







BAB  V
A.DEPRESIASI
Konsep dan Terminologi Depresiasi
          depresiasi atau penysutan dalam akutansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan kekeuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan. 
Ada juga yang berpendapat Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu
perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan.

Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan  pendapatan.
2.   Harus mempunyai umur manfaat
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/ kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4.   Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.

Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
a.       Nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil (real property) seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut.
b.      Tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.

Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus(straight-line depreciation). Akan tetapi selain itu, adapula metode perhitungan lain yang bias digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun dan saldo menurun ganda.
Secara sederhana depresiasi adalah penurunan nilai suatu benda karena kadar atau lama pemakaiannya.



Secara umum depresiasi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Depresiasi fisik
b. Depresiasi fungsional

Depresiasi fisik
Depresiasi fisik disebabkan karena berkurangnya kemampuan fisik dalam suatu alat dalam memberikan hasil.
Hal ini menyebabkan biaya operasi dan dan pemeliharaaan meningkat dan hasil keluarannya menurun sedangkan.

Contoh depresiasi fisik
Mobil yang semakin tua harga biasanya semakin menurun karena kemampuan jelajahnya yang semakin menurun.

Depresiasi fungsional
 Depresiasi fungsional adalah suatu penurunan nilai yang disebabkan oleh berkurangnya permintaan terhadap fungsi dan alat tersebut.

Contoh depresiasi fungsional
Computer pentium menurun, karena munculnya komputer core 2 duo yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi.

Definisi-Definisi

Basis, atau basis harga: biaya awal untuk mendapatkan aset (harga beli ditambah pajak), termasuk biaya transportasi dan biaya lain sampai aset tersebut dapat digunakan sesuai fungsinya. Basis (harga)  yang disesuaikan: harga awal aset disesuaikan  dengan kenaikan atau penurunan yang diperkenankan.Misalnya: biaya perbaikan aset dengan  umur manfaat lebih dari setahun meningkatkan basis harga awal, dan kecelakanna atau kecurian menurunkan harga awal.

Nilai (harga) buku: nilai properti (aset) sesuai dengan laporan akuntansi, yang mewakili jumlah modal yang masih diinvestasikan pada aset tersebut. Sama dengan harga awal (termasuk segala penyesuaian) dikurangi dengan pengurangan karena depresiasi.

Harga pasar: nilai yang dibayar seorang pembeli kepada penjual aset  dimana masing-masing mendapatkan keuntungan dan bertindak tanpa paksaan.

Periode perolehan kembali (recovery period): jumlah tahun dimana basis (harga) suatu aset diperoleh kembali melalui proses akuntansi. Disebut juga umur manfaat (klasik) atau kelas properti atau umur kelas.

Tingkat perolehan kembali: persentase untuk setiap tahun periode perolehan kembali, yang digunakan untuk menghitung pengurangan karena depresiasi tahunan.

Nilai sisa: perkiraan nilai aset pada akhir umur manfaatnya, merupakan harga jula suatu aset jika tidak lagi digunakan untuk proses produksi oleh pemiliknya.

Umur manfaat: perkiraan periode waktu pemakaian aset (properti) dalam kegiatan produktif atau untuk menghasilkan pendapatan.


Metode Perhitungan Depresiasi

Secara umum, metode perhitungan depresiasi dibagi dua, yaitu:
1.     Metode klasik, terdiri dari:

a.     Metode garis lurus (straight-line, SL)

Depresiasi suatu aktiva tetap dilihat dari anggapan bahwa lamanya suatu aktiva tetap dalam peranannya dalam usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tetap tersebut sama besarnya tanpa memandang lama atau barunya aktiva tetap tersebut. Nilai sisa atau nilai residu dapat diikutsertakan dalam perhitungan.

Penurunan asset terjadi secara linear terhadap waktu atau umur asset tersebut dimana: Dt = besarnya depresiasi tahun ke tahun
                P  = ongkos awal barang tersebut
                S  = nilai sisa dari barang tersebut
                N = masa pakai( umur barang)
Biaya Depresiasi Tahunan = Biaya Aktiva Tetap – Nilai Sisa
                                                   Umur Manfaat Aset(tahun)
  
Contoh perhitungan depresiasi dengan garis lurus(straight-line)
Budi membeli sebuah laptop baru seharga Rp 2.400.000,00 , adapun umur laptop tersebut diperkirakan 4 tahun jika dengan cara menggunakan dengan baik dan sesuai peraturan, sebelum akhirnya dijual.  Pada saat dijual kembali diperkirakan harga barang tersebut menyusut dari harga belinya sebesar Rp 400.000,00. Berapakah biaya depresiasi tahunan?
Penyelesaiannya:
Diketahui: Biaya awal laptop tetap Rp 2.400.000,00
                  Umur manfaat laptop 4 tahun
                  Nilai sisa/ harga penyusutan dari laptop tersebut Rp 400.000,00
Ditanya : Biaya depresiasi tahunan.....?
Dijawab :
                        Biaya depresiasi tahunan = biaya awal – nilai sisa
                                                                        Umur manfaat
                                                                 = Rp 2.400.000 – Rp 400.000
                                                4
                                                                 = Rp 2.000.000    
                                                                             4
                                                                 = Rp 500.000
Sumber:

http://www.resumeakun.com/2009/10/straight-line-method-depresiasi-suatu.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Depresiasi
staff.ui.ac.id/internal/132161170/material/ekotek_depresiasi.pdf
SOLUSI
Basis (harga)  yang disesuaikan: harga awal aset disesuaikan  dengan kenaikan atau penurunan yang diperkenankan.Misalnya: biaya perbaikan aset dengan  umur manfaat lebih dari setahun meningkatkan basis harga awal, dan kecelakanna atau kecurian menurunkan harga awal.


B.UMUR EKONOMIS
Umur ekonomis adalah : Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah penyebaran biaya asal suatu aktiva tetap (bangunan, alat, komputer, dll) selama umur perkiraannya.

Contoh Kasus :

Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp 8,000,000 ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti ditarik diperkirakan besi tuanya dapat dijual seharga Rp 150,000. Tambahan informasi : Perusahaan menggunakan metode garis lurus.

Beban penyusutan untuk tahun 2007, dihitungan dengan cara :

Depreciation Cost = 12/12 x [(Rp 8,000,000–150,000) : 8] = Rp 981,250,-

Jika aktiva tetap tersebut diperoleh pada tanggal 05 Pebruari 2007, maka dihitung dengan cara = 11/12 x [(Rp 8,000,000 – 150,000) : 8]

Jika diperoleh pada tanggal 20 Pebruari 2007, maka dihitung 10/12 x [(Rp 8,000,000 – 150,000) : 8]

…….dan seterusnya

Jika tanpa nilai residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungkan (lihat formula di atas).
Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut :

[-Debit-]. Depreciation = Rp 981,250,-
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = Rp 981,250,-

Jika aktiva tersebut diperoleh di awal tahun (01~14 Januari), maka tabel “Jadwal Penyusutan Aktiva ” selama umur ekonomisnya, akan menjadi sebagai berikut :
Description: http://rsbisnis.files.wordpress.com/2011/03/sl-method-tabel.jpg?w=297

Bandingkan kedua tabel di atas : Bagian mana yang berbeda ?.

Pada tabel pertama (dengan memperkirakan adanya salvage value), di akhir tahun ke-8, terlihat masih ada NILAI BUKU (Book Value) aktiva sebesar Rp 150,000, INILAH YANG DISEBUT NILAI RESIDU (Salvage Value) dimana jika aktiva tersebut dijual pada akhir penggunaannya nanti diperkirakan akan laku seharga Rp 150,000,-. Di sisi lainnya, biaya penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp 1,000,000 per tahunnya.
Pada tabel kedua (dengan tidak memperkirakan adanya salvage value), pada akhir tahun ke-8, NILAI BUKU (Book Value) benar-benar Nihil (nol), artinya : perusahaan memperkirakan aktiva tersebut tidak akan menghasilkan arus kas (tidak bisa dijual) pada akhir masa penggunaannya nanti. Di sisi lain, penyusutan dibebankan sepenuhnya Rp 1,000,000 setiap tahunnya.
Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Konsep Dasarnya :

Aktiva tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa penggunaanya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.

Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin produksi.

Formula :
Description: http://rsbisnis.files.wordpress.com/2011/03/dc-method-formula.jpg?w=300

SOLUSI
biaya perbaikan aset dengan  umur manfaat lebih dari setahun meningkatkan basis harga awal, dan kecelakanna atau kecurian menurunkan harga awal.


BAB VI
A.    Analisis Replacement

I. Analisis Pendapatan Nasional Dengan Perekonomian Tertutup Sederhana Dua Sektor
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya,manusia harus mempunyai penghasilan. Setiap penghasilan yang diterima oleh seseorang merupakan pendapatan bagi orang tersebut.Pendapatan dari orang perorang dari suatunegara akan dihitung dalam pendapatan nasional.Namun,tidak semua pendapatan yang diterima seseorang dihitung sebagai pendapatan nasional.Seorang ibu rumah tangga bekerja guna melayani keperluan rumah tangganya,seperti memasak,mencuci,dan ibu tersebut sudah menghasilkan barang berupa makanan dan jasa.Akan tetapi barang dan jasa yang dihasilkan tersebut tidak dihitung dalam pendapatan nasional karena tidak dijual kepada orang lain dan tidak mendapatkan balas jasa.Apabila ibu rumah tangga tadi membuka usaha,misalnya rumah makan atau menerima pesanan makanan untuk umum,maka balas jasa yang diterimanya dapat dihitung dalam pendapatan nasional.Seorang pelukis membuat suatu lukisan dan menjualnya kepada orang lain.Pelukis tersebut memperoleh pendapatan dari hasil penjualan produk yang dihasilkannya. Maka pendapatan pelukis ini dihitung dalam pendapatan nasional.Beberapa tahun kemudian,apabila lukisan tersebut dijual oleh orang yang membeli lukisan dari pelukis,maka hasil penjualan itu menjadi pendapatan baginya.Akan tetapi,pendapatan itu tidak dihitung dalam pendapatan nasional,karena tidak ada produksi barang atau jasa yang dihasilkan.

Barang dan jasa yang dihasilkan oleh setiap golongan masyarakat dalam suatu negara yang dijual kepada orang lain disebut produk nasional.Apabila produk nasional dinilai dengan uang disebut pendapatan nasional.Produk nasional maupun pendapatan nasional perlu dihitung untuk mengetahui kemajuan ekonomi dalam suatu negara.Produk nasional terdiri atas bermacam-macam produk yang jenisnya berbeda-beda.Tidak ada satuan alat ukur yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah produk yang dihasilkan.Oleh sebab itu,alat ukur yang paling mudah adalah harga.Dengan menilai setiap produk dengan harga, maka kita dapat mengetahui besarnya pendapatan nasional dalam suatu negara.Dalam rangka mencapai kemakmuran suatu negara,usaha peningkatan pendapatan nasional merupakan suatu keharusan.Usaha peningkatan pendapatan nasional harus disertai dengan pengendalian pertumbuhan penduduk.Apabila pertumbuhan penduduk berlangsung tanpa kendali,peningkatan pendapatan per kapita tidak akan mencapai hasil yang memuaskan, bahkan bisa terjadi pendapatan per kapita akan menurun.Oleh karena itu,pertumbuhan penduduk harus dikendalikan agar tingkat pertumbuhannya tidak melebihi pendapatan nasional.

II. Model Analisis Dengan Variabel Investasi Dan Tabungan
Konsumsi adalah bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi. Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikomsumsi.Jadi,besarnya pendapatan akan sama dengan besarnya konsumsi ditambah dengan tabungan (Y = C + S ).Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara sifat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional (atau pendapatan disposable) perekonomian tersebut.Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomiandan pendapatan nasional (atau pendapatan disposable) perekonomian tersebut.Jadi,baik dalam hukum psikologi konsumsi dari Keynes dikemukakan,Setiap pertambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi dan pertambahan tabungan (saving).Apabila fungsi konsumsi dan fungsi tabungan ditulis dalam notasi fungsi, bentuk umumnya seperti berikut.

Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan merupakan garis lurus,dan ini disebabkan nilai MPC dan MPS tetap. Seterusnya kecondongan fungsi konsumsi adalah kurang dari 45 dan selalu memotong garis 45.Sifat ini disebabkan MPC lebih kecil dari satu.Fungsi konsumsi memotong garis 45 pada nilai pendapatan nasional sebanyak Rp 360 triliun karena pada tingkat pendapatan itu konsumsi rumah tangga = pendapatan nasional.Fungsi tabungan memotong sumbu datar pada pendapatan nasional sebanyak Rp 360 triliun karena pada pendapatan ini tabungan rumah tangga = 0.

Jumlah pendapatan yang digunakan untuk konsumsi, antara lain, tergantung pada hal berikut:

    Besarnya pendapatan rumah tangga setelah dikurangi pajak penghasilan dan potongan-potongan.
    Komposisi rumah tangga (jumlah dan umur anggota rumah tangga).
    Tuntutan lingkungan.

Sedangkan jumlah pendapatan yang ditabung tergantung pada hal berikut.

    Jumlah pendapatan yang diterima dan besarnya bagian yang akan dikeluarkan untuk konsumsi.
    Jumlah pendapatan yang ingin disimpan untuk tujuan berjaga-jaga dan menghadapi keadaan mendadak di waktu yang akan dating.
    Tingkat bunga. Bila tingkat bunga bank naik, orang cenderung mengurangi bagian pendapatan untuk tujuan konsumsi dan meningkatkan tabungan atau investasi.

III. Angka Pengganda
Angka pengganda atau multiplier adalah hubungan kausal antara variabel tertentu dengan variabel pendapatan nasional.  Jika angka pengganda tersebut memepunyai angka yang tinggi, maka  dengan perubahanyang terjadi pada variabel tersebut akan memengaruhi angka terhadap tingkat pendapatan nasional yang besar juga, dan sebaliknya. Perubahan pendapatan anasional itu ditunjukan oleh suatu anagka pelipat yang disebut dengan  koefisien multiplier.

Proses multiplier adalah adanya perubahan pada variabel investasi menyababkan pengeluaran agregat menjadi berubah. Namun dari keseombangan pendapatan nasional tidak sebesar pertambahan investasi tersebut.
dipertimbangkan dalam analisis penggantian peralatan adalah biaya investasi,
biaya penyusutan, biaya pemeliharaan, biaya pengoperasian, nilai sisa dengan
mempertimbangkan nilai uang terhadap waktu.

Contoh:
Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C)=20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I)=10, maka pendapatan keseimbangan sebesar 120. Apabila terdapat tambahan investasi sebesar 2, maka pendapatan sekarang adalah sebagai berikut:
Jawab:
∆Y  = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang    = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang    = 120 + 8 = 128 milyar rupiah

SOLUSI
untuk kebutuhan konsumsi. Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikomsumsi.Jadi,besarnya pendapatan akan sama dengan besarnya konsumsi ditambah dengan tabungan (Y = C + S ).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar