BAB IV
1.A.PENGERTIAN BIAYA DIFRENSIAL
1.A.PENGERTIAN BIAYA DIFRENSIAL
Biaya difrensial
pada pokoknya merupakan biaya tambahan yang muncul akibat pemilihan sejumlah
alternatif. Dengan kata lain biaya difrensial merupakan selisih biaya yang
diakibatkan oleh adanya perbedaan payoff keputusan dengan payoff alternatif.
Oleh para teknisi biaya ini biasa disebut sebagai incremental cost. Sedangkan
oleh para ekonom biasa disebut sebagai marginal cost.
Analisis biaya difensial ditujukan untuk mengamati perilaku
yang terjadi antara biaya tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable
cost) apabila dikaitkan dengan estimasi kenaikan pendapatan (earning). Jadi
konsep dasar dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah terjadinya
kenaikan pendapatan diiringi kenaikan (increasing) biaya yang proporsional.
Dalam lingkup tugas manajemen, analisis ini biasa digunakan untuk pengambilan
keputusan (decision making) manajerial, seperti keputusan untuk menolak atau
menerima tambahan pesanan produk dari konsumen, keputusan untuk memperluas,
menutup atau melepaskan suatu fasilitas, keputusan untuk menentukan apakah
perusahaan perlu memproduksi sendiri atau membeli, atau keputusan untuk
menurunkan harga jual produk. Keputusan yang terakhir ini biasanya diambil pada
saat produk mengalami siklus penurunan, dimana profit margin semakin berkurang,
dan posisi produk mulai digerogoti produk pesaing (kompetitor).
Seperti dikatakan oleh Herbert A. Simon bahwa tugas utama
seorang manajer adalah pengambilan keputusan. Sinyalemen ini benar sebab pada prinsipnya
semua fungsi manajemen merupakan suatu hasil keputusan. Seorang manajer yang
sedang membuat perencanaan berarti mereka sedang memutuskan sesuatu yang akan
dilaksanakan atau dicapai di masa depan. Begitu halnya yang berlaku pada
seorang account officer yang sedang melakukan atau memilih berbagai alternatif
keputusan yang paling optimal. Keputusan yang paling optimal maksudnya bahwa
alternatif yang dipilih akan memberikan payoff atau hasil yang menguntungkan
bagi perusahaan. Berikut ini saya berikan
2 contoh :
analisis biaya difrensial yang berkaitan dengan keputusan
untuk menerima atau menolak permintaan tambahan pesanan dari konsumen. Sebut
saja Weapon Ltd, sebuah perusahaan manufactur yang bergerak dalam bisnis barang
pecah belah memiliki kapasitas produksi sebanyak 16.000 unit per bulannya.
Dapat dikatakan bahwa kapasitas produksi belum maksimal. Produk tiap unitnya
dijual seharga US $ 15,00. Sedangkan biaya per unitnya adalah sebagai berikut:
(dalam US $)
Direct
materials
|
5,00
|
Direct
labor
|
3,00
|
Factory
overhead (variable)
|
0,75
|
Factory
overhead (fixed)
|
1,50
|
Sales
expenses (variable)
|
0,25
|
General
and administration expenses (fixed)
|
1,00
|
Total
expenses per unit
|
1,50
|
Lantaran nilai tukar rupiah menguat dalam beberapa pekan
terakhir ini memberi dampak positif bagi perusahaan. Pesanan produk barang
pecah belah mulai meningkat. Ada permintaan dari mitra kerja yang memesan
produk sebanyak 4.000 unit untuk bulan depan tetapi dengan catatan harga yang
diminta di bawah harga yang ada atau sebesar US $ 10,00. Sebagai seorang
manajer apakah permintaan mitra kerja itu diterima atau tidak.
Jika dilihat secara kasar permintaan tersebut akan ditolak
sebab dengan harga yang diminta per unit US $ 10,00 masih dibawah nilai biaya
total per unitnya yaitu sebesar US $ 1,50 tiap unitnya. Sekarang bandingkan
keputusan itu dengan keputusan yang diambil berdasar hasil analisis biaya
difrensial, permintaan itu menguntungkan. Hal ini dilandaskan pada asumsi bahwa
penambahan volume produksi tidak selalu menambah total biaya produksinya. Pada
saat pesanan terjadi volume pekerjaan masih dibawah kapasitas produksi yaitu
10.000 unit. Jika ditambah dengan pesanan pun masih dibawah kapasitas produksi
(10.000 unit + 4.000 unit < 16.000 unit). Sehingga jumlah ini masih belum
melamapaui kapasitas maksimal penggunaan segenap faktor produksi yang ada.
Tentunya pada kondisi seperti ini tidak semua biaya akan mengalami kenaikan.
Biaya tetap (fixed cost) baru akan berubah per unitnya jika jumlah total unit
yang diproduksi melebihi kapasitas maksimal. Lebih jelasnya perhatikan
kalkulasi berikut ini.
Perhitungan total biaya setelah ada tambahan permintaan
(dalam US $)
Direct
materials - 5,00 x 4.000
|
20,000,00
|
Direct
labor - 3,00 x 4.000
|
12,000,00
|
Factory
overhead (variable) - 0,75 x 4.000
|
3,000,00
|
Factory
overhead (fixed) -
|
0
|
Sales
expenses (variable) - 0,25 x 4.000
|
1,000,00
|
General
and administration expenses (fixed) -
|
0
|
Total
expenses per unit
|
36,000,00
|
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa
permintaan pesanan sebanyak 4.000 unit produk pecah belah meskipun harganya
dibawah harga normal US $ 10,00 tetap harus diterima. Sebab permintaan ini
masih memberikan keuntungan sebesar US $ 4.000,00. Atau total harga (4.000 unit
x US $ 10,00) - total biaya US $ 36,000,00) = laba (US $ 4.000,00).
Pada tahapan lain manajemen juga seringkali dihadapkan pda
pilihan apakah perusahaan mesti memproduksi sendiri atau membeli, baik suku
cadang (spare part) atai produk setengah jadi dari perusahaan lain. Pentingnya
hal ini didasari pada fakta bahwa hampir semua perusahaan pabrikasi
(manufactur) adakalanya harus mengambil keputusan ini dalam rangka proses
produksinya. Keputusan semacam ini ditujkan untuk memanfaatkan semua sumber
daya produksi digunakan seoptimal mungkin. Dalam praktiknya banyak kapasitas produksi
dipakai tidak maksimal, misalnya ada ruangan yang kosong, mesin yang tidak
beroperasi dan sebagainya. Dalam keadaan semacam ini banyak manajer mengambil
keputusan untuk lebih mengutamakan membuat produk sendiri daripada membeli dari
pihak luar. Alasannya lebih didasari pada upaya untuk memaksimalkan kapasitas
produksi yang ada. Namun demikian sebagai manajer yang profesional harus
dipikirkan aspek yang lain, seperti laba yang akan diperoleh. Jika ternyata
laba yang diperoleh dari maksimalisasi kapasitas produksi lebih kecil dibanding
jika membeli maka lebih baik dipilih cara yang terakhir.
Idealnya, seorang manajer dalam membuat keputusan ini perlu
mempertimbangkan beberapa hal seperti:
·
Membandingkan biaya produksi dari
produk yang dibuat sendiri dengan harga perolehan dari barang yang dibeli.
·
Mempertimbangkan kuantitas, kualitas
dan kemudahan perolehannya.
·
Membandingkan berbagai kemungkinan
penggunaan kapasitas tersebut.
·
Mempertimbangkan jangka waktu aliran
arus kas masuk dengan besarnya investasi yang ditanamkan dan membandingkan
apabila jumlah dana tersebut dialokasikan pada kegiatan yang lain
Contoh:2
misalnya Wilson
Corporation sebuah perusahaan pembuat alat-alat berat memproduksi square part
sebanyak 10.000 unit per tahunnya untuk digunakan sendiri dalam proses
produksinya. Data mengenai biaya sebagai berikut: (dalam US $)
Direct materials
|
20,000,00
|
Direct labor
|
55,000,00
|
Factory overhead (variable)
|
45,000,00
|
Factory overhead (fixed)
|
70,000,00
|
Total
expenses
|
190,000,00
|
Pada suatu ketika ada perusahaan lain, Murdoch Company
menawarkan spare part seperti yang dibuat perusahaan Wilson Corporation
sebanyak 1.000 unit dalam waktu satu tahun dengan harga per unitnya senilai US
$ 18,00. Apabila penawaran ini diterima beberapa fasilitas yang saay ini
digunakan bisa disewakan kepada pihak lain dengan sewa tahunan sebesar US $ 4
per unit yang dibebankan untuk membuat suku cadang dapat dihapuskan (write off)
seluruhnya. Dari data tersebut dapatkah perusahaan Wilson menerima tawaran Murdoch?
Solusinya:
Untuk dapat memperoleh hasil keputusan yang optimal mari
kita lakukan analisis biaya difrensial atas dua kasus di atas, caranya dengan
mempertimbangkan dua faktor yang mempengaruhi aliran kas masuk (cash inflow)
yaitu dari:
-kas yang berasal dari pendapatan sewa
-kas yang didapat dari efisiensi atau pengunaan biaya tetap
Selanjutnya kas masuk tersebut dikurangkan dari harga
pembelian untuk kemudian dibandingkan dengan biaya pembuatan sendiri. Untuk
lebih jelasnya perhatikan perhitungan berikut ini:
a. Menghitung aliran kas akibat adanya penawaran (dalam US
$)
Kas masuk dar uang sewa
|
15,000,00
|
Penghematan factory overhead tetap
(4,000 x 10,000,000)
|
40,000,00
|
|
55,000,00
|
Harga pembelian
|
180,000,00
|
Kas keluar (cash outflow)
|
125.000,00
|
b. Menghitung aliran kas jika memproduksi sendiri (dalam US
$)
Factory overhead (fixed)
|
40,000,00
|
Factory overhead (variable)
|
45,000,00
|
Direct materials
|
20,000,00
|
Direct labor
|
55,000,00
|
Total
cost
|
160,000,00
|
Dari hasil perhitungan di atas tampak jelas perusahaan akan untung jka menerima tawaran tersebut karena ada selisih efisiensi sebesar US $ 160,000,00 - US $ 125,000,00 = US $ 35,000,00
Jadi
dari dua contoh sederhana yang tadi meyakini kita bahwa melalui analisis biaya
difrensial dapat diperoleh hasil keputusan yang optimal. Lantaran keputusan
diperoleh bukan melalui cara trial and error tetapi melalui kalkulasi yang
cukup mendetail.
IB. Cost Benefit Analisis
Cost benefit
analisis adalah analisis yang membandingkan antara biaya (cost) dari suatu
penyakit dengan output atau keuntungan (benefit) dari pengobatan. Cost
mencerminkan biaya dari penyakit dan pengobatannya. Sedangkan keuntungan
mencerminkan hasil dari sebuah
pengobatan/terapi. Benefit yang dimaksudkan disini dapat bersifat netral, positif atau negatif yang bergantung dari
hasil yang dicapai. Sebuah terapi yang
manjur akan menghasilkan benefit yang positif. Sedangkan terapi yang tidak
manjur berarti tidak menghasilkan keuntungan (netral) atau bahkan dapat
merugikan (benefit yang negatif).
Dalam cost
benefit analisis, input (biaya) dan output (hasil pengobatan) dikuantifikasi
berdasarkan nilai uang. Dengan demikian, akan mudah membandingkan antara
intervensi terapetik yang satu dengan yang lain. Sehingga, dapat ditentukan
dengan mudah apakah hasil dari sebuah pengobatan (output) sebanding dengan
investasi yang di lakukan. Dari analisis ini, dapat diketahui berapa jumlah
uang yang pantas/akan dikeluarkan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu
keuntungan dalam hal kesehatan.
Perhitungan
antara cost dan benefit (dalam nilai uang) dapat dilakukan dengan dua cara
yakni:
1. Membagi perkiraan benefit dengan perkiraan
cost, yang akan memberikan rasio benefit-to-cost. Jika rasio ini lebih besar
dari 1, berarti pilihan tersebut menguntungkan.
2. Mengurangi nilai benefit dengan nilai cost.
Bila hasilnya positif, maka pilihan tersebut memberikan keuntungan.
Tabel 1. Dasar
pengukuran Cost Benefit Analisis
Metode Dasar Pengukuran output Perhitungan antara cost dan benefit
Cost
Benefit Cost dan benefit diukur dalam
satuan yang sama, yaitu uang.
Contoh: 2
biaya yang
dikeluarkan untuk mencegah kematian, biaya untuk mengurangi tekanan darah, rasa
sakit dll. Keuntungan bersih =
Keuntungan – biaya
Rasio =
benefit/cost
Keunggulan &
Kelemahan dari CBA
Memberikan
keunggulan dibandingkan analisis lainnya, karena keduanya dinilai dengan uang,
mudah dibandingkan. Namun demikian, terdapat kelemahan dari CBA, yaitu sulitnya
menterjemahkan suatu output dalam unit uang. Misalkan bagaimana mengukur rasa
sakit, hidup manusia, dalam suatu nilai uang? Terdapat dua pendekatan yang
dilakukan untuk mengatasi kelemahan ini:
1. Pendekatan human capital
Suatu nilai dari
output/keuntungan dianggap sama dengan produktivitas ekonomi yang dapat
dihasilkan dari keuntungan tersebut. Sebagai contoh, biaya dari sebuah
penyakit, adalah biaya yang diakibatkan karena hilangnya produktivitas
berkenaan dengan terjangkitnya penyakit ini. Pendapatan seseorang sebelum
dikenakan pajak atau nilai dari kegiatan (pekerjaan rumah tangga, mengasuh
anak) dapat digunakan untuk mengukur nilai suatu cost dan benefit orang tersebut.
Contoh kasus:2
Studi analisis
cost dan benefit dari pemberian vaksin meninggococus kepada mahasiswa. Dalam
studi ini nilai dari produktivitas mahasiswa diperkirakan mencapai 1 juta
dolar. Padahal, nilai moneter ini belum tentu mewakili nilai riil seorang
mahasiswa dalam masyarakat.
2. Pendekatan willingness-to-pay /kemauan
untuk membayar sejumlah uang
Metode
pendekatan willingness-to-pay, memperkirakan nilai dari benefit/output
kesehatan dengan cara memeperkirakan berapa orang akan membayar untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya hal hal yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh
kasus:2
Jika seseorang
mau membayar $100 untuk mengurangi risiko kematian dari 1:1000 menjadi 1:2000,
secara teoritis, sebuah hidup manusia bernilai: $ 200.000 didapat dari [$100 /
(0.001-0.0005)]. Permasalahan dengan metode ini adalah, apa yang dikatakan
seseorang tentang kemauan membayar, belum tentu berkaitan dengan apa yang akan
dilakukan mereka. Selain itu, persepsi setiap orang tentang penurunan risiko
kematian berbeda-beda, tergantung kondisinya.
C. Aplikasi Analisis Cost Benefit
Cost benefit
analisis dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan:
1. Menyediakan data tentang net monetary
outcome (hasil net output dalam bentuk uang) untuk sebuah intervensi medis.
Bukan hanya sekedar berfungsi sebagai pembanding antara intervensi yang satu
dengan yang lain saja.Net outcome = benefit – cost. Atau dalam bentuk ratio
benefit/cost
2. Menyediakan data tentang net monetary outcome
untuk beberapa intervensi medis. Contoh:
Untuk mengontrol
diabetes & hipertensi, lebih baik menggunakan diet dan olahraga terlebih
dahulu, daripada langsung menggunakan terapi obat. Hal ini dapat dihitung dan
dibandingkan. Jadi CBA bisa digunakan untuk membandingkan (dalam satuan uang) alternatif pengobatan
yang satu dengan yang lain.
3. Perbandingan langsung secara kuantitatif
intervesi medis untuk penyakit yang berbeda
Hal ini berguna
untuk suatu rumah sakit, agen asuransi, pemerintah, karena budget keuangannya
sering kali terbatas. Jadi, sebuah intervensi medis diharapkan dapat memberikan
dampak kesehatan yang besar.
Misalnya:
Perlukah sebuah rumah sakit melakukan program edukasi untuk medidik masyarakat
tentang bahaya keracunan pestisida? Ataukan lebih baik dana tersebut digunakan
untuk membeli alat diagnostik yang baru?
Dalam mengambil
keputusan, CBA berperan sebagai alat untuk membantu pengambilan keputusan,
dengan mempertimbangkan faktor terkait lainnya.
D. Contoh Perhitungan analisis cost-benefit
1) Sebuah RS ingin membandingkan obat yang
akan diberikan pada pasien dalam mengatasi hipertensi, analisis cost benefit
menunjukkan hasil sebagai berikut:
Total Cost Total Benefit Benefit: Cost Net benefit
Obat A 90.000
120.000 120.000/90.000 =
1.33 120.000-90.000 = 30.000
Obat B 100.000
135.000 135.000/100.000 =
1.35 135.000-100.000 = 35.000
Dari perhitungan
diatas, keduanya memberikan rasio benefit:cost > 1 dan net benefit yang
positif. Namun Obat B memberikan keuntungan lebih dibandingkan Obat A.
2) Analisis pemberian vaksinasi influenza
secara cuma-cuma pada seluruh orang dewasa.
Pemerintah ingin
mengetahui: perlukah flu vaksin diberikan secara cuma-cuma kepada setiap orang?
Analisis Cost benefit membandingkan total biaya yang dibutuhkan untuk
mengimplementasikan program vaksin flu dengan keuntungan yang didapat, misal:
menurunnya kasus influenza. Namun demikian ada kekurangan dari CBA, yaitu dalam
contoh vaksin flu, keuntungan dari pemberian vaksin flu sulit untuk
diterjemahkan dalam bentuk uang.
Keuntungan
tersebut berupa:
- Efek vaksin terhadap berkurangnya hari
kerja karena gejala flu
- Efek vaksin terhadap berkurangnya
efektifitas/ kinerja seseorang karena gejala flu
- Efek vaksin terhadap jumlah kunjungan ke
praktisi kesehatan
solusi
Dari hasil
penelitian, didapatkan hasil:
”Biaya untuk
vaksin flu& administrasinya: $43.07. Benefit/keuntungan yg didapat:
meningkatkan hari aktif kerja sebanyak 18%, meningkatkan efektifitas kerja
sebanyak 18% mengurangi hari kunjungan ke praktisi kesehatan sebanyak 13%.”
Dapat
disimpulkan, melalui cost benefit analisis, vaksin flu memberikan keuntungan.
Kelemahan dari
analisis ini: Menurunnya prokduktifitas kerja, atau meliburkan diri karena
harus beristirahat berbeda antara satu dengan yg lain. Dampak flu terhadap
orang dewasa, orang tua, anak-anak akan sangat berbeda. Dengan demikian, CBA
penggunaannya luas dengan syarat benefit dapat dihitung dengan uang.
E.
Kesimpulan
Analisis cost
benefit merupakan bagian dari berbagai analisis dalam farmakoekonomi yang
membandingkan antara cost/biaya dan keuntungan. Cost benefit memiliki
keunggulan dimana cost dan benefit dihitung dalam satuan moneter sehingga dapat
mudah dibandingkan, namun kelemahan dari analisis ini adalah tidak semua
keuntungan dapat diterjemahkan dalam nilai uang. Analisis cost benefit dapat
diterapkan secara luas, semakin tinggi rasio benefit to cost dan net benefit,
semakin menguntungkan intervensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bonk, Robert.
Pharmacoeconomics in perspective: a primer on research, techniques and
information. 1999. NY: Haworth Press Inc.
Walley T, Haycox
A, Boland A. 2004. Pharmacoeconomics. Spanyol: Churchill Livingstone.
Malone PM,
Mosdel KW. 2001. Drug information: a guide for pharmacists. Edisi kedua.
USA: McGraw Hill
Nichol KL,
Mallon KP, Mendelman PM. Cost benefit of influenza vaccination in healthy,
working adults: an economic analysis based on the results of a clinical trial
of trivalent live attenuated influenza virus vaccine.Vaccine, 2003 May
16;21(17-18):2207-17.
1.C PAYBACK PERIOD (payback period sederhana dan payback period discounted)
Metode Analisis
payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi
akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus
kas masuk sma dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung
dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk
sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil dari analisis payback period ini
nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian
lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan
informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang
diinvestasikan.
Analisis payback
period ini dapat dilakukan dengan memperhitungkan time value of money (disebut
discounted payback analysis) atau mengabaikannya (i=0%). Dengan memperhitungkan
time value of money, lamanya periode pengembalian np , dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
P = { NCF1
(P/F,i,1) + NCF2 (P/F,i,2) + NCF3 (P/F,i,3
+ ...... NCFnp(P/F,i,np) }.
Jika
diperhitungkan dengan mengabaikan time value of money (i = 0%) maka lamanya
periode pengembalian (payback period) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
P = (NCF1 + NCF2
+ NCF3 + ………. NCFnp )
Jika deretan
arus kas mempunyai besar nilai yang sama, maka untuk menghitung np dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
np = P
NCF
Dimana:
P
= investasi awal
NCF = Net Cash Flow / arus kas bersih
(pendapatan – pengeluaran) dengan memperhitungkan atau mengabaikan
time value of money
np
= lamanya periode pengembalian
Contoh (usia
pakai alternatif sama)
Bandingkan kedua
arus kas dibawah ini dengan menggunakan:
a. Payback period analysis tanpa memperhitungkan
time value of money
b. Discounted payback analysis pada tingkat
suku bunga 9% per tahun.
Present Worth
Analysis pada tingkat suku bunga 9% per tahun
Tahun
|
Arus
kas 1(Rp)
|
Arus
kas 2 (Rp)
|
0
|
- 1.500.000
|
-4.250.000
|
1
|
600.000
|
2.000.000
|
2
|
600.000
|
2.000.000
|
3
|
1.250.000
|
2.000.000
|
4
|
1.250.000
|
2.000.000
|
5
|
1.250.000
|
2.000.000
|
Jawab :
a.
Payback period analysis tanpa memperhitungkan time value of money
Arus kas 1
Arus kas kumulatif sama dengan nol berada diantara tahun ke-2 dan tahun
ke-3, sehingga dengan memakai prinsip i terpolasi linear kita bisa dapatkan
payback period untuk arus kas 1.
Arus kas 2
Pada arus kas 2 besar arus kas bersih setiap tahunnya adalah sama sehingga
untuk mencari payback periodnya bisa kita gunakan rumus:
Jika kita
bandingkan, periode pengembalian arus kas 2 lebih cepat dibanding arus kas 1.
b. Discounted
payback analysis pada tingkat suku bunga 9% per tahun
Arus kas 2
Tahun
(1)
|
Arus kas
(2)
|
(P/F,9%,t)
(3)
|
PW
(2) X (3)
|
Arus kas kumulatif
|
0
|
-1.500.000
|
1,00000
|
-1.500.000
|
-1.500.000
|
1
|
600.000
|
0,91743
|
550458
|
-949542
|
2
|
600.000
|
0,84166
|
504996
|
-444546
|
3
|
1.250.000
|
0,77216
|
965200
|
520654
|
4
|
1.250.000
|
0,70643
|
883037,5
|
1403692
|
5
|
1.250.000
|
0,64993
|
812412,5
|
2216104
|
Arus kas
kumulatif sama dengan nol berada diantara tahun ke-2 dan tahun ke-3, sehingga
dengan memakai prinsip i terpolasi linear kita bisa dapatkan payback period
untuk arus kas 1 sebagai berikut:
c.
Present worth analysis pada tingkat suku bunga 9% per tahun
PW1 =
- 1.500.000 + 600.000(P/A,9%,5) + 650.000(P/A,9%,3) (P/F,9%,2)
= - 1.500.000 + 600.000(3,88965) +
650.000(2,53129) (0,84168)
= - 1.500.000 +
2.333.790 + 1384849
= 2.218.639
solusi
Dari hasil
perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa periode pengembalian untuk
alternatif kas 2paling singkat dibanding dengan alternatif kas1 dan alternatif
kas
D. Break Event Point
Break Even Point
adalah suatu cara yang mempelajari hubungan keseimbangan antara biaya yang
harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu tingkat penjualan sama dengan
penghasilan.
Tujuan Titik
Impas ( BEP )
Tujuan titik
impas adalah
- Mencari tingkat aktivvitas dimana pendapatan
sama dengan biaya.
- Menunjukan suatu sasaran volume penjualan
minimal yang harus diraih.
- Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah
mereka beroperasi dekat atau jauh dari titik impas
Faktor – factor
yang mempengaruhi BEP :
Faktor langsung:
Biaya Produksi.
Harga.
Faktor Tidak
Langsung :
Jumlah Produksi.
Jumlah produksi
akan mempengaruhi biaya variable.
Perhitungan
Break-Even Point
Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point
ada 2 yaitu :
1. Rumus BEP
untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point :
Total Fixed Cost
__________________________________
Harga jual per
unit dikurangi variable cost
Contoh :
Fixed Cost suatu
Toko Jam : Rp.400,000,-
Variable
cost Rp.10000 / unit
Harga jual Rp. 15000/ unit
Maka BEP per
unitnya adalah
Rp.400000
__________ = 80
units
15000 – 10000
Artinya
perusahaan perlu menjual 80 unit jam agar terjadi break even point. Pada
pejualan unit ke 81, maka toko itu mulai memperoleh keuntungan
2. Rumus BEP
untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :
Total Fixed Cost
__________________________________ x
Harga jual / unit
Harga jual per
unit dikurangi variable cost
Dengan
menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus
diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.400,000
__________ x Rp.15000 = Rp.1200000
15000 – 10000
Cara Trial and
Error yaitu dengan menghitung keuntungan operasi suatu volume
produksi/penjualan
tertentu.
- Apabila perhitungan tersebut menghasilkan
keuntungan maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah, dan
sebaliknya.
- Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai
volume penjualan produksi dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan
besarnya biaya total.
Perusahaan
Indojaya yang bergerak di bidang
produksi kain, memiliki :
– Biaya tetap sebesar Rp. 300.000,-.
– Biaya variabel per unit Rp.40,-
– Harga jual per unit Rp. 100,-
– Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit.
Misal dari
contoh aplikasi, diambil volume produksi 6.000 unit, maka dapat dihitung
keuntungan operasi adalah:
(6.000 x Rp100)
— (Rp300.000 + (6.000 x Rp40))
Rp600.000 — (Rp300.000 + Rp240.000)
Rp.60.000
atau
hasil dalam unit
adalah Rp. 60.000 / Rp 100 = 6000 unit
Jadi, pada
volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti
bahwa BEP-nya terletak di bawah 6.000 unit.
Misal kita ambil
volume produksi 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah
5.000 x
Rp100,00) — (Rp300.000,00 + (5.000 x Rp40,00))
Rp500.000,00 — (Rp300.000,00 + Rp200.000,00)
Rp0,00.
Ternyata pada
volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai break-even point yaitu yang di
mana keuntungan netonya sama dengan nol.
Solusi:
Memberikan ukuran dampak perubahan
pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
E.PENGERTIAN ANALISIS SENSITIVITAS
Analisis
sensivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja system produksi
dalam menghasilkan keuntungan.
RUMUS
PENGHITUNGAN BREAK EVENT POINT (BEP)
Break event
point dengan cara matematis ini dibagi menjadi 2, yaitu BEP dalam rupiah dan
BEP dalam jumlah atau unit.
1. BEP atau titik impas dalam unit
Rumusnya :
BEP = Biaya
Tetap : ( Harga Jual Per Unit : Biaya Variabel Rata-rata )
2. BEP untuk titik impas dalam rupiah
Rumusnya :
BEP = Biaya
Tetap : 1 – ( Biaya Variabel Rata-rata : Harga Jual Per Unit )
Contoh
penghitungan BEP (break event point )
Anda berjualan
macam –macam jus buah.Biaya tetap yang anda keluarkan adalah 250.000 rupiah.
Biaya variabelnya sebesar 3.000 rupiah per unit .kemudian anda berniat menjual
macam-macam jus buah tersebut dengan harga
5.000 rupiah per gelas. Maka titik impas atau BEP –nya adalah :
JAWAB :
1. BEP ( dalam unit ) = Biaya Tetap : (harga
Jal Per Unit : Biaya Variabel Rata-rata)
BEP ( dalam unit
) = 250.000 : (5.000 – 3.000) =125 Unit
2. BEP (dalam rupiah ) = Biaya Tetap : 1 – (
Biaya Variabel Rata-rata : Harga Jual Per Unit )
BEP ( dalam
rupiah ) = 250.000 : 1 - (3.000 – 5.000) = 625.000 rupiah
Jadi anda harus
berjualan jus buah sebanyak 125 gelas atau menjual sebesar 625.000 rupiah agar
anda mencapai titik impas. Maksudnya adalah 125 gelas atau 625.000 rupiah tadi
sudah bisa anda gunakan buat bayar semua pengeluaran usaha jus anda tanpa anda
harus rugi. Dan apabila anda mampu menjual 126 gelas, berarti yang satu gelas
tadilah keuntungan anda.
Solusi
Break event point
analisis sangat bermanfaat dalam mengetahui hubungan antar cost, volume, harga,
dan laba. Misalnya kita ingin mencapai laba tertentu maka kita akan dapat
mengetahui berapa unit barang yang harus kita jual.
Sumber :
BAB V
A.DEPRESIASI
Konsep dan Terminologi Depresiasi
depresiasi atau penysutan dalam
akutansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu
asset selama umur manfaatnya. Penerapan depresiasi akan memengaruhi laporan
kekeuangan, termasuk penghasilan kena pajak suatu perusahaan.
Ada juga yang berpendapat
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan
penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan
terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas
nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu
perusahaan.
Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan.
Properti yang
dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus
digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat
3. Merupakan
sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/ kehancuran, usang,
atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok
penjualan, atau properti investasi.
Properti yang
dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
a. Nyata (tangible): dapat dilihat atau
dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti mesin-mesin,
kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil
(real property) seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau
tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut.
b. Tidak nyata (intangible). Properti personal
seperti hak cipta, paten atau franchise.
Metode yang
paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung penyusutan adalah
metode penyusutan garis lurus(straight-line depreciation). Akan tetapi selain
itu, adapula metode perhitungan lain yang bias digunakan, seperti metode
penyusutan dipercepat, penyusutan jumlah angka tahun dan saldo menurun ganda.
Secara sederhana
depresiasi adalah penurunan nilai suatu benda karena kadar atau lama
pemakaiannya.
Secara umum
depresiasi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Depresiasi
fisik
b. Depresiasi
fungsional
Depresiasi fisik
Depresiasi fisik
disebabkan karena berkurangnya kemampuan fisik dalam suatu alat dalam
memberikan hasil.
Hal ini
menyebabkan biaya operasi dan dan pemeliharaaan meningkat dan hasil keluarannya
menurun sedangkan.
Contoh
depresiasi fisik
Mobil yang
semakin tua harga biasanya semakin menurun karena kemampuan jelajahnya yang
semakin menurun.
Depresiasi
fungsional
Depresiasi fungsional adalah suatu penurunan
nilai yang disebabkan oleh berkurangnya permintaan terhadap fungsi dan alat
tersebut.
Contoh
depresiasi fungsional
Computer pentium
menurun, karena munculnya komputer core 2 duo yang mempunyai kemampuan yang
lebih tinggi.
Definisi-Definisi
Basis, atau
basis harga: biaya awal untuk mendapatkan aset (harga beli ditambah pajak),
termasuk biaya transportasi dan biaya lain sampai aset tersebut dapat digunakan
sesuai fungsinya. Basis (harga) yang
disesuaikan: harga awal aset disesuaikan
dengan kenaikan atau penurunan yang diperkenankan.Misalnya: biaya
perbaikan aset dengan umur manfaat lebih
dari setahun meningkatkan basis harga awal, dan kecelakanna atau kecurian
menurunkan harga awal.
Nilai (harga)
buku: nilai properti (aset) sesuai dengan laporan akuntansi, yang mewakili
jumlah modal yang masih diinvestasikan pada aset tersebut. Sama dengan harga
awal (termasuk segala penyesuaian) dikurangi dengan pengurangan karena
depresiasi.
Harga pasar:
nilai yang dibayar seorang pembeli kepada penjual aset dimana masing-masing mendapatkan keuntungan
dan bertindak tanpa paksaan.
Periode
perolehan kembali (recovery period): jumlah tahun dimana basis (harga) suatu
aset diperoleh kembali melalui proses akuntansi. Disebut juga umur manfaat
(klasik) atau kelas properti atau umur kelas.
Tingkat perolehan
kembali: persentase untuk setiap tahun periode perolehan kembali, yang
digunakan untuk menghitung pengurangan karena depresiasi tahunan.
Nilai sisa:
perkiraan nilai aset pada akhir umur manfaatnya, merupakan harga jula suatu
aset jika tidak lagi digunakan untuk proses produksi oleh pemiliknya.
Umur manfaat:
perkiraan periode waktu pemakaian aset (properti) dalam kegiatan produktif atau
untuk menghasilkan pendapatan.
Metode
Perhitungan Depresiasi
Secara umum,
metode perhitungan depresiasi dibagi dua, yaitu:
1. Metode klasik, terdiri dari:
a. Metode garis lurus (straight-line, SL)
Depresiasi suatu
aktiva tetap dilihat dari anggapan bahwa lamanya suatu aktiva tetap dalam
peranannya dalam usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tetap tersebut
sama besarnya tanpa memandang lama atau barunya aktiva tetap tersebut. Nilai
sisa atau nilai residu dapat diikutsertakan dalam perhitungan.
Penurunan asset
terjadi secara linear terhadap waktu atau umur asset tersebut dimana: Dt =
besarnya depresiasi tahun ke tahun
P = ongkos awal barang tersebut
S = nilai sisa dari barang tersebut
N = masa pakai( umur barang)
Biaya Depresiasi Tahunan = Biaya Aktiva Tetap –
Nilai Sisa
Umur Manfaat Aset(tahun)
Contoh
perhitungan depresiasi dengan garis lurus(straight-line)
Budi membeli
sebuah laptop baru seharga Rp 2.400.000,00 , adapun umur laptop tersebut
diperkirakan 4 tahun jika dengan cara menggunakan dengan baik dan sesuai peraturan,
sebelum akhirnya dijual. Pada saat
dijual kembali diperkirakan harga barang tersebut menyusut dari harga belinya
sebesar Rp 400.000,00. Berapakah biaya depresiasi tahunan?
Penyelesaiannya:
Diketahui: Biaya
awal laptop tetap Rp 2.400.000,00
Umur manfaat laptop 4 tahun
Nilai sisa/ harga penyusutan
dari laptop tersebut Rp 400.000,00
Ditanya : Biaya
depresiasi tahunan.....?
Dijawab :
Biaya depresiasi
tahunan = biaya awal – nilai sisa
Umur
manfaat
= Rp 2.400.000 – Rp 400.000
4
= Rp
2.000.000
4
= Rp 500.000
Sumber:
http://www.resumeakun.com/2009/10/straight-line-method-depresiasi-suatu.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Depresiasi
staff.ui.ac.id/internal/132161170/material/ekotek_depresiasi.pdf
SOLUSI
Basis
(harga) yang disesuaikan: harga awal
aset disesuaikan dengan kenaikan atau
penurunan yang diperkenankan.Misalnya: biaya perbaikan aset dengan umur manfaat lebih dari setahun meningkatkan
basis harga awal, dan kecelakanna atau kecurian menurunkan harga awal.
B.UMUR EKONOMIS
Umur ekonomis
adalah : Depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah penyebaran biaya
asal suatu aktiva tetap (bangunan, alat, komputer, dll) selama umur
perkiraannya.
Contoh Kasus :
Sebuah mesin
diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp 8,000,000 ditaksir
memiliki umur ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti ditarik diperkirakan besi
tuanya dapat dijual seharga Rp 150,000. Tambahan informasi : Perusahaan
menggunakan metode garis lurus.
Beban penyusutan
untuk tahun 2007, dihitungan dengan cara :
Depreciation
Cost = 12/12 x [(Rp 8,000,000–150,000) : 8] = Rp 981,250,-
Jika aktiva
tetap tersebut diperoleh pada tanggal 05 Pebruari 2007, maka dihitung dengan
cara = 11/12 x [(Rp 8,000,000 – 150,000) : 8]
Jika diperoleh
pada tanggal 20 Pebruari 2007, maka dihitung 10/12 x [(Rp 8,000,000 – 150,000)
: 8]
…….dan
seterusnya
Jika tanpa nilai
residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungkan (lihat formula di
atas).
Atas pembebanan
penyusutan ini dicatat sebagai berikut :
[-Debit-].
Depreciation = Rp 981,250,-
[-Credit-].
Accumulated Depreciation = Rp 981,250,-
Jika aktiva
tersebut diperoleh di awal tahun (01~14 Januari), maka tabel “Jadwal Penyusutan
Aktiva ” selama umur ekonomisnya, akan menjadi sebagai berikut :
Bandingkan kedua
tabel di atas : Bagian mana yang berbeda ?.
Pada tabel
pertama (dengan memperkirakan adanya salvage value), di akhir tahun ke-8,
terlihat masih ada NILAI BUKU (Book Value) aktiva sebesar Rp 150,000, INILAH
YANG DISEBUT NILAI RESIDU (Salvage Value) dimana jika aktiva tersebut dijual
pada akhir penggunaannya nanti diperkirakan akan laku seharga Rp 150,000,-. Di
sisi lainnya, biaya penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp 1,000,000
per tahunnya.
Pada tabel kedua
(dengan tidak memperkirakan adanya salvage value), pada akhir tahun ke-8, NILAI
BUKU (Book Value) benar-benar Nihil (nol), artinya : perusahaan memperkirakan
aktiva tersebut tidak akan menghasilkan arus kas (tidak bisa dijual) pada akhir
masa penggunaannya nanti. Di sisi lain, penyusutan dibebankan sepenuhnya Rp
1,000,000 setiap tahunnya.
Metode Saldo
Menurun (Declining Balance Method)
Konsep Dasarnya
:
Aktiva tetap
dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa
penggunaanya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di
periode berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur ekonomis atas
aktiva tersebut.
Metode ini
sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya
tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin
produksi.
Formula :
SOLUSI
biaya perbaikan
aset dengan umur manfaat lebih dari
setahun meningkatkan basis harga awal, dan kecelakanna atau kecurian menurunkan
harga awal.
BAB VI
A.
Analisis
Replacement
I. Analisis
Pendapatan Nasional Dengan Perekonomian Tertutup Sederhana Dua Sektor
Dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya,manusia harus mempunyai penghasilan. Setiap
penghasilan yang diterima oleh seseorang merupakan pendapatan bagi orang
tersebut.Pendapatan dari orang perorang dari suatunegara akan dihitung dalam
pendapatan nasional.Namun,tidak semua pendapatan yang diterima seseorang
dihitung sebagai pendapatan nasional.Seorang ibu rumah tangga bekerja guna
melayani keperluan rumah tangganya,seperti memasak,mencuci,dan ibu tersebut
sudah menghasilkan barang berupa makanan dan jasa.Akan tetapi barang dan jasa
yang dihasilkan tersebut tidak dihitung dalam pendapatan nasional karena tidak
dijual kepada orang lain dan tidak mendapatkan balas jasa.Apabila ibu rumah
tangga tadi membuka usaha,misalnya rumah makan atau menerima pesanan makanan
untuk umum,maka balas jasa yang diterimanya dapat dihitung dalam pendapatan
nasional.Seorang pelukis membuat suatu lukisan dan menjualnya kepada orang
lain.Pelukis tersebut memperoleh pendapatan dari hasil penjualan produk yang
dihasilkannya. Maka pendapatan pelukis ini dihitung dalam pendapatan nasional.Beberapa
tahun kemudian,apabila lukisan tersebut dijual oleh orang yang membeli lukisan
dari pelukis,maka hasil penjualan itu menjadi pendapatan baginya.Akan
tetapi,pendapatan itu tidak dihitung dalam pendapatan nasional,karena tidak ada
produksi barang atau jasa yang dihasilkan.
Barang dan jasa
yang dihasilkan oleh setiap golongan masyarakat dalam suatu negara yang dijual
kepada orang lain disebut produk nasional.Apabila produk nasional dinilai
dengan uang disebut pendapatan nasional.Produk nasional maupun pendapatan
nasional perlu dihitung untuk mengetahui kemajuan ekonomi dalam suatu
negara.Produk nasional terdiri atas bermacam-macam produk yang jenisnya
berbeda-beda.Tidak ada satuan alat ukur yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah produk yang dihasilkan.Oleh sebab itu,alat ukur yang paling mudah adalah
harga.Dengan menilai setiap produk dengan harga, maka kita dapat mengetahui
besarnya pendapatan nasional dalam suatu negara.Dalam rangka mencapai
kemakmuran suatu negara,usaha peningkatan pendapatan nasional merupakan suatu
keharusan.Usaha peningkatan pendapatan nasional harus disertai dengan
pengendalian pertumbuhan penduduk.Apabila pertumbuhan penduduk berlangsung
tanpa kendali,peningkatan pendapatan per kapita tidak akan mencapai hasil yang
memuaskan, bahkan bisa terjadi pendapatan per kapita akan menurun.Oleh karena
itu,pertumbuhan penduduk harus dikendalikan agar tingkat pertumbuhannya tidak
melebihi pendapatan nasional.
II. Model
Analisis Dengan Variabel Investasi Dan Tabungan
Konsumsi adalah
bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk kebutuhan konsumsi. Tabungan adalah
bagian pendapatan yang tidak dikomsumsi.Jadi,besarnya pendapatan akan sama
dengan besarnya konsumsi ditambah dengan tabungan (Y = C + S ).Fungsi konsumsi
adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara sifat konsumsi
rumah tangga dalam perekonomian dan pendapatan nasional (atau pendapatan
disposable) perekonomian tersebut.Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam
perekonomiandan pendapatan nasional (atau pendapatan disposable) perekonomian
tersebut.Jadi,baik dalam hukum psikologi konsumsi dari Keynes
dikemukakan,Setiap pertambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi
dan pertambahan tabungan (saving).Apabila fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
ditulis dalam notasi fungsi, bentuk umumnya seperti berikut.
Fungsi konsumsi
dan fungsi tabungan merupakan garis lurus,dan ini disebabkan nilai MPC dan MPS
tetap. Seterusnya kecondongan fungsi konsumsi adalah kurang dari 45 dan selalu
memotong garis 45.Sifat ini disebabkan MPC lebih kecil dari satu.Fungsi
konsumsi memotong garis 45 pada nilai pendapatan nasional sebanyak Rp 360
triliun karena pada tingkat pendapatan itu konsumsi rumah tangga = pendapatan
nasional.Fungsi tabungan memotong sumbu datar pada pendapatan nasional sebanyak
Rp 360 triliun karena pada pendapatan ini tabungan rumah tangga = 0.
Jumlah
pendapatan yang digunakan untuk konsumsi, antara lain, tergantung pada hal
berikut:
Besarnya pendapatan rumah tangga setelah
dikurangi pajak penghasilan dan potongan-potongan.
Komposisi rumah tangga (jumlah dan umur
anggota rumah tangga).
Tuntutan lingkungan.
Sedangkan jumlah
pendapatan yang ditabung tergantung pada hal berikut.
Jumlah pendapatan yang diterima dan
besarnya bagian yang akan dikeluarkan untuk konsumsi.
Jumlah pendapatan yang ingin disimpan untuk
tujuan berjaga-jaga dan menghadapi keadaan mendadak di waktu yang akan dating.
Tingkat bunga. Bila tingkat bunga bank
naik, orang cenderung mengurangi bagian pendapatan untuk tujuan konsumsi dan
meningkatkan tabungan atau investasi.
III. Angka
Pengganda
Angka pengganda
atau multiplier adalah hubungan kausal antara variabel tertentu dengan variabel
pendapatan nasional. Jika angka
pengganda tersebut memepunyai angka yang tinggi, maka dengan perubahanyang terjadi pada variabel
tersebut akan memengaruhi angka terhadap tingkat pendapatan nasional yang besar
juga, dan sebaliknya. Perubahan pendapatan anasional itu ditunjukan oleh suatu
anagka pelipat yang disebut dengan
koefisien multiplier.
Proses
multiplier adalah adanya perubahan pada variabel investasi menyababkan
pengeluaran agregat menjadi berubah. Namun dari keseombangan pendapatan
nasional tidak sebesar pertambahan investasi tersebut.
dipertimbangkan
dalam analisis penggantian peralatan adalah biaya investasi,
biaya
penyusutan, biaya pemeliharaan, biaya pengoperasian, nilai sisa dengan
mempertimbangkan
nilai uang terhadap waktu.
Contoh:
Dimisalkan
(dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C)=20 + 0,75Y dan besarnya investasi
(I)=10, maka pendapatan keseimbangan sebesar 120. Apabila terdapat tambahan
investasi sebesar 2, maka pendapatan sekarang adalah sebagai berikut:
Jawab:
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 8 = 128 milyar rupiah
SOLUSI
untuk kebutuhan
konsumsi. Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikomsumsi.Jadi,besarnya
pendapatan akan sama dengan besarnya konsumsi ditambah dengan tabungan (Y = C +
S ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar